Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno
di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan
Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.
Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta.
Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai
dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan
lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat.
Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter
yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter
menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung
lebih dari dua ratus ribu jamaah.
Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam,
masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di
Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi
salah satu daya tarik wisata
yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya
wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam.
Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah
sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid
Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim
terbatas dan harus didampingi pemandu.
Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj,
Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di
masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.
Nama masjid..
Masjid Istiqlal merupakan masjid negara Indonesia, yaitu masjid yang mewakili umat muslim Indonesia.
Karena menyandang status terhormat ini maka masjid ini harus dapat
menjadi kebanggaan bangsa Indonesia sekaligus menggambarkan semangat
perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Masjid ini dibangun sebagai
ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang mayoritas
beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah
menganugerahkan nikmat kemerdekaan, terbebas dari cengkraman penjajah.
Karena itulah masjid ini dinamakan "Istiqlal" yang dalam bahasa Arab berarti "Merdeka".
Sejarah...
Setelah perang kemerdekaan Indonesia,
mulai berkembang gagasan besar untuk mendirikan masjid nasional. Ide
pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan.
Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa
Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan
monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara. Misalnya pada
zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya membangun
candi Borobudur dan Prambanan.
Karena itulah di masa kemerdekaan Indonesia terbit gagasan membangun
masjid agung yang megah dan pantas menyandang predikat sebagai masjid
negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Perencanaan
Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam
mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah
gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka.
Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana
pembangunan masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.
Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah,
kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas
atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada
Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.
Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat
disepakati H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal.
Beliau juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan
Masjid Istiqlal meskipun beliau terlambat hadir karena baru kembali ke
tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang
membicarakan masalah pampasan perang saat itu.
Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan
rencana pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno
menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya
pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan
dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.
Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid
Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara
maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media
lainnya pada tanggal 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para
arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta
dalam sayembara itu.
Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid
Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa
lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut
adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.
Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat) mengusulkan lokasi
pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya
terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh
bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat
dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di
Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan
dengan kraton atau dekat dengan alun-alun,
dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta.
Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini
berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.
Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan
mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas
dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya
ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk
memberi tempat bagi masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng
Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dibongkar.
Sayembara rancang bangun masjid...
Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari
para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden
Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir.
Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim
Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30
Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari
banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut,
terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22
peserta yang memenuhi persyaratan lomba.
Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5
(lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
- Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan
- Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar
- Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam
- Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham
- Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai
pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka,
sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp.
25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan
seluruh peserta mendapat sertifikat penghargaan.
Pembangunan...
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada
tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar.
Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami
banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang
kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer,
partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan
kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat
meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama
sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama
KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan
dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator
Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai
pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978,
ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.
Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp.
7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas
juta dollar AS).
Peristiwa kontemporer...
Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia,
setiap upacara atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di
masjid ini. Misalnya Hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi'raj, dan Maulid Nabi digelar di masjid ini dan diliput televisi nasional. Untuk turut memeriahkan perhelatan Visit Indonesia Year 1991
digelarlah Festival Istiqlal yang pertama pada tahun 1991. Festival ini
digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia, turut
hadir perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab
Saudi, dan perwakilan muslim China dari Uighur. Festival Istiqlal yang kedua digelar pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai
dasar Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca
beberapa kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal,
termasuk kantor Majelis Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini. Pada bulan Juni 1999 Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka
pelaku pengeboman Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang
ini adalah pelaksana yang menempatkan bom di Masjid Istiqlal, meskipun
demikian siapakah otak perencana di balik pengeboman ini masih belum
terungkap jelas.
Karena letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta
yang bedampingan, maka kedekatan ini menjadi simbol keharmonisan
antarumat beragama di Indonesia. Kendaraan umat Katolik yang merayakan
misa hari besar keagamaan Katolik diperkenankan menggunakan lahan parkir
Masjid Istiqlal.
Pengunjung...
Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia
Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar
negeri, terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru
Indonesia ataupun wisatawan muslim dari luar negeri. Pengunjung muslim
dapat langsung masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan shalat
berjamaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki
masjid ini, setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai
Islam dan Masjid Istiqlal. Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata
cara mengunjungi masjid seperti melepaskan alas kaki serta mengenakan
busana yang sopan dan pantas. Misalnya pengunjung tidak diperkenankan
mengenakan celana pendek atau pakaian yang kurang pantas (busana lengan
pendek, kaus kutang atau tank top). Pengunjung yang mengenakan
celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan pengunjung wanita
diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang boleh
dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.
Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak
diperkenankan memasuki lantai pertama ruang utama tempat mihrab dan
mimbar, tetapi diperbolehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari
balkon lantai kedua. Selebihnya pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi
bagian lain seperti pelataran terbuka, selasar, kaki menara dan koridor
masjid.
Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama
didampingi istrinya mengunjungi Masjid Istiqal pada November 2010,
makin banyak wisatawan asing yang berkunjung ke masjid ini, rata-rata
sekitar 20 wisatawan asing mengunjungi masjid ini tiap harinya.
Kebanyakan berasal dari Eropa. Para tokoh penting asing terkenal yang pernah mengunjungi Masjid Istiqlal antara lain; Bill Clinton Presiden Amerika Serikat pada tahun 1994, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari Britania Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile Sebastián Piñera, Heinz Fischer Presiden Austria, dan Jens Stoltenberg Perdana Menteri Norwegia, dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012.
Arsitektur...
Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat
menampung jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya
menerapkan prinsip minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di
kawasan beriklim tropis. Masjid dirancang agar udara dapat bebas
bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara jemaah terbebas
dari panas matahari dan hujan. Ruangan shalat yang berada di lantai
utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka
di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan bukaan lowong
yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara
dan penerangan yang alami.
Gaya arsitektur...
Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu
menerapkan bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan
kubah bola, dalam ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan
monumental. Bahannya pun dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana,
dan minimalis, yaitu marmer putih dan baja antikarat (stainless steel).
Ragam hias ornamen masjid pun bersifat sederhana namun elegan, yaitu
pola geometris berupa ornamen logam krawangan (kerangka logam berlubang)
berpola lingkaran, kubus, atau persegi. Ornamen-ornamen ini selain
berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang udara, juga berfungsi
sebagai unsur estetik dari bangunan ini. Krawangan dari baja ini
ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau ornamen koridor masjid.
Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar tangga pun
terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian dalam kubah
pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga
kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.
Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh
permukaan lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung
maksimal sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal
masjid ini adalah sekitar 120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai
arsitektur yang bergaya modern. Jamaah dan wisatawan yang berkunjung ke
masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh bangunan masjid yang
didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai, dinding dan
tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara,
plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling
halaman.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan obyek
wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan
berkunjung ke masjid ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan
arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia,
Timur Tengah, dan Eropa. Arsitektur Indonesia nampak pada bangunan yang
bersifat terbuka dengan memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan
iklim tropis serta letak masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat
pemerintahan. Kemudian pada bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan
kaligrafi merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini
juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk
tiang dan dinding yang kokoh.
Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik
terhadap berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis.
Perpaduan itu menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai
budaya dari masyarakat yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi
untuk membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka
membina kesatuan dan persatuan bangsa.
Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah
masjid Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan
modern, sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi
arsitektur Islam Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai
jawabannya mantan presiden Suharto
melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan
berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid
Jawa.
Simbolisme...
Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna,
nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh
lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam
seminggu. Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama
dan pelataran utama terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan
masjid terdiri atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping
yang lebih kecil. Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga
sekaligus tempat tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai
kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan
tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat berbentuk Bulan sabit dan bintang, simbol Islam.
Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun
melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12"
yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal,
juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan
Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama
melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila,
falsafah kebangsaan Indonesia. Tangga terletak di keempat sudut ruangan
menjangkau semua lantai. Pada bangunan pendamping dimahkotai kubah yang
lebih kecil berdiameter 8 meter.
Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan
pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang tambahan dan pintu masuk Al
Fattah), serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah pendamping,
melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling berdampingan dan
melengkapi; langit dan bumi, kepentingan akhirat dan kepentingan
duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk hubungan penting bagi muslim
yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) dan Hablum minannaas
(hubungan manusia dengan sesamanya). Hal ini sesuai dengan sifat agama
Islam yang lengkap, mengatur baik urusan keagamaan maupun sosial
kemasyarakatan. Islam tidak semata-mata bertitik berat pada masalah
ibadah dan akhirat saja tetapi juga memperhatikan urusan duniawi;
kesejahteraan, keadilan dan kepedulian sosial, ekonomi, hukum, ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan kehidupan sehari-hari umat muslim.
Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan
minimal berupa ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat gaya
arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih dan minimalis
ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan terkandung keindahan.
Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah kanan dan nama Muhammad
di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi Arab Surah Thaha ayat
ke-14. Semua ornamen logam baja antikarat didatangkan dari Jerman. Pada
awalnya direncanakan menggunakan bahan marmer impor dari Italia seperti
Monumen Nasional. Akan tetapi untuk menghemat biaya dan mendukung
industri mamer lokal maka bahan marmer akhirnya diambil dari Tulungagung di Jawa Timur.
Struktur bangunan utama dihubungkan dengan emper dan koridor yang
mengelilingi pelataran terbuka yang luas. Teras besar terbuka ini
berukuran seluas 29.800 meter persegi, berupa pelataran berlapis tegel
keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaf shalat, terletak di
sisi dan belakang gedung utama. Teras ini berfungsi menampung jemaah
pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Koridor di sekeliling teras
pelataran menghubungkan bangunan utama dengan menara masjid. Tidak
seperti masjid dalam arsitektur Islam Arab, Persia, Turki, dan India
yang memiliki banyak menara, Istiqlal hanya memiliki satu menara yang
melambangkan Keesaan Allah. Struktur menara berlapis marmer berukuran
tinggi 66,66 meter (6.666 cm),melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi
tradisional dalam Al Quran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara
terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam
Al Quran,[14]
maka tinggi total menara adalah 96,66 meter. Selain koridor emper
keliling terdapat pula koridor di tengah yang menghubungkan Gerbang Al
Fattah dengan Gerbang Ar Rozzaq. Jika masjid sudah tentu berkiblat ke
arah Mekkah, penjuru koridor ini mengarah ke Monumen Nasional, hal ini
untuk menunjukkan bahwa masjid ini adalah masjid nasional Republik
Indonesia.
Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari dari
sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan yang berusia
sekitar 300 tahun.
Masjid Istiqlal dikenal dengan kemegahan bangunannya. Luas
bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektare, yang
selebihnya adalah halaman dan pertamanan. Pada taman masjid di sudut
barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang dapat
menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya diaktifkan tiap
hari Jumat menjelang shalat Jumat atau pada hari raya dan hari penting
keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, dan Isra
Miraj.
Lingkungan sekitar...
Pada tahun 1950, keadaan dan kondisi kawasan Taman Wilhelmina yang
berada di depan Lapangan Banteng merupakan tempat yang sepi, gelap,
kotor, dan tak terurus. Reruntuhan tembok bekas bangunan Benteng Prins
Frederick di taman itu penuh dengan lumut, dan ditumbuhi ilalang
dimana-mana.
Pada tanggal 21 Mei 1961, dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan
Nasional di tempat yang sama, sekitar 50.000 orang dari berbagai unsur
lapisan masyarakat, termasuk pegawai negeri dan swasta, alim ulama,
tentara, dan lain-lain bekerja bakti membersihkan taman Wilhelmina yang
tak terurus itu, sebagai persiapan lokasi pembangunan Masjid yang
diawali dengan pidato Menteri Jaksa Agung.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus 1961, telah
menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi kaum muslimin di Jakarta
khususnya, dan Indonesia pada umumnya, untuk pertama kalinya di bekas
taman itu, kota Jakarta akan memiliki sebuah masjid besar dan
monumental. Maka dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim Presiden RI Ir.
Soekarno meresmikan permulaan pembangunan Masjid Istiqlal diatas area
seluas 9.32 Ha. Yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang disaksikan
oleh ribuan ummat Islam. Sebuah masjid yang akan menjadi simbol
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Kompleks Masjid Istiqlal juga mempunyai daya tampung parkir untuk 800 kendaraan.
Pagar dan pintu gerbang...
Komplek Masjid Istiqlal dikelilingi pagar setinggi empat meter,
terdiri dari tembok setinggi satu meter dan diatasnya berdiri pagar
setinggi tiga meter yang terbuat dari bahan stainless steel, baja anti karat sepanjang 1.165 meter.
Semula pagar ini meski dibuat dari bahan baja antikarat dan cukup
kokoh, namun tingginya hanya sekitar 1,2 meter ditambah 1 meter tembok
sehingga memudahkan keluar masuknya orang-orang yang tidak bertanggung
jawab dengan cara melompati pagar tersebut, ditambah lagi dengan pintu
gerbang yang sangat mudah dilewati meski pintu tersebut dalam keadaan
terkunci.
Sebagai solusinya maka mulai tahun 2007 pagar diganti menjadi lebih
tinggi dan indah seperti yang disaksikan sekarang. Pintu gerbangpun
diubah dan dipercantik dengan menggunakan alumunium cor dan dirancang
memiliki celah-celah yang rapat yang tidak mungkin dilewati oleh
manusia.
Saat ini untuk masuk ke wilayah Masjid Istiqlal baik menggunakan
kendaraan ataupun berjalan kaki harus melalui pintu gerbang yang terbuka
yang masing-masing mempunyai gardu jaga. Pintu-pintu gerbang tersebut
terletak di sebelah utara, timur, tenggara dan selatan. Salah satu dari
pintu gerbang tersebut diperuntukkan khusus untuk VIP yaitu RI 1 dan RI
2.
Terdapat lima pintu gerbang masuk menuju kompleks Masjid Istiqlal,
beberapa gerbang masuk ini dihubungkan ke masjid oleh jembatan yang
dibawahnya mengalir sungai Ciliwung
dan di kiri kanannya terdapat lapangan parkir yang luas, sedangkan dua
buah lainnya di bagian utara tidak dihubungkan dengan jembatan. Gerbang
masjid ini terdapat di ketiga sisi kompleks masjid, yaitu sisi utara
menghadap pintu air dan jalan Veteran, sisi timur menghadap Gereja Katedral Jakarta
dan jalan Katedral, dan sisi tenggara-selatan menghadap jalan Perwira
dan kantor pusat Pertamina. Sementara di sepanjang sisi barat terdapat
rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda, di
sisi barat ini tidak terdapat pintu gerbang.
- Sisi Utara dari arah Pintu Air terdapat satu pintu gerbang yang langsung diarahkan menuju pintu As-Salam. Pada acara kenegaraan biasanya hanya dibuka untuk dilalui para undangan VIP setingkat pejabat negara, para menteri, duta-duta besar perwakilan negara sahabat, pejabat legislatif, pejabat daerah dan undangan VIP lainnya.
- Sisi Timur Laut dari arah Katedral terdapat satu buah pintu gerbang berhadapan dengan bangunan gereja Katedral. Pintu gerbang inilah yang dibuka setiap harinya untuk keluar masuk area Masjid Istiqlal dan mulai pada pertengahan tahun 2008 perparkiran menggunakan sistem Check Point.
- Sisi Tenggara-Selatan dari arah Kantor Pusat Pertamina dan jalan Perwira terdapat tiga pintu gerbang, satu pintu gerbang ujung selatan tepat di pertigaan Jalan Merdeka Timur dan jalan Perwira searah dengan gedung kantor pusat Pertamina dan Stasiun Gambir, satu pintu di sisi tenggara dekat jembatan Ciliwung, dan satu lagi dekat pertigaan Lapangan Banteng searah dengan gedung Kementerian Agama Pusat. Gerbang tenggara dekat jembatan Ciliwung biasanya dibuka untuk umum hanya pada saat shalat Jumat, sedangkan pintu gerbang ujung selatan khusus diperuntukkan bagi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beserta rombongan bila menghadiri acara keagamaan yang diselenggarakan secara kenegaraan di Masjid Istiqlal, seperti peringatan hari-hari besar Islam seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Seluruh pintu gerbang ini dibuka setiap acara resmi kenegaraan,
sedangkan untuk hari-hari biasa pintu gerbang yang dibuka hanya pintu
dari arah Katedral yang langsung menuju pintu Al-Fattah.
Sedangkan pada bangunan Masjid Istiqlal terdapat 7 buah pintu gerbang yand dinamakan berdasarkan Asmaul Husna.
Taman, parkir, jembatan, dan air mancur...
Halaman di sekitar Masjid Istiqlal sebelah utara, selatan dan timur seluas 6,85 Ha terdari dari:
Pertamanan seluas 4,15 Ha, dibagi menjadi 23 lokasi dan masing-masing
diberi nama sesuai dengan nama pepohonan yang dominan berada di lokasi
tersebut. Misalnya Taman Kamboja dan lain-lain. Rindangnnya pertamanan
berfungsi juga sebagai hutan kota, dihidupi pula dengan beberapa jenis
unggas untuk menambah keindahan komplek Masjid Istiqlal. Dengan demikian
menjadikan suasana masjid terasa sejuk sehinnga akan menambah
kekhusyuan beribadah bagi para jamaah.
Perparkiran seluas 2,15 Ha, yang dapat menampung kurang lebih 800
kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang yang ada. Kualitas
pengaspalan untuk halaman, parkir dan jalan dibuat dengan methode
pengaspalan kelas satu. Sungai Ciliwung
mengalir membelah kompleks Masjid Istiqlal. Karena halaman Masjid
Istiqlal dikelilingi oleh sungai, maka dibangun pula tiga buah jembatan
besar yang lebarnya 18,6 meter dan panjang sekitar 21 sampai 25 meter.
Ditambah satu buah jembatan kecil untuk pejalan kaki, kerangka dari
jembatan-jembatan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Tepat di
taman ini aliran sungai Ciliwung bercabang dua, cabang ke barat mengarah
ke Harmoni, Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk, dan kawasan Kota Tua Jakarta, sedangkan cabang ke timur mengarah ke Pasar Baru, Gunung Sahari dan Ancol. Di sisi utara cabang barat terdapat pintu air yang dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda.
Untuk menambah indahnya panorama kompleks Masjid Istiqlal, di halaman
bagian selatan dilengkapi dengan kolam air mancur yang ditempatkan di
tengah-tengah, taman air mancur ini seluas 2.803 meter persegi, dan
kolam air mancur seluas 8.490 meter persegi, jadi luas keseluruhannya
11,293 meter persegi. Pada bagian tengah kolam dibuat ring penampung air
bersih bergaris tengah 45 meter, jumlah nozel pemancar air mancur
sebanyak: 1 buah tegak lurus di tengah-tengah cawan air mancur, 17 buah
di lingkar luar, dan 8 buah buah di lingkar dalam pada kolam penampungan
air bersih. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.
Gedung utama dan gedung pendukung...
Masjid Istiqlal berdaya tampung jamaah sebanyak 200.000 orang yang terdiri dari:
- Ruang shalat utama dan balkon serta sayap memuat 61.000 orang.
- Ruang pada bangunan pendahuluan memuat 8.000 orang.
- Ruang teras terbuka di lantai 2 memuat 50.000 orang.
- Semua koridor dan tempat lainnya memuat 81.000 orang.
Pintu masuk...
Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq adalah pintu utama. Ketujuh pintu itu adalah:
- Al Fattah (Gerbang Pembuka): pintu utama yang terletak sisi timur laut berhadapan dengan Gereja Katedral. Pintu ini adalah pintu untuk masyarakat umum yang senantiasa terbuka dan terletak di bangunan pendamping dengan kubah kecil diatasnya.
- Al Quddus (Gerbang Kesucian): pintu yang terletak di sisi timur laut terdapat di sudut bangunan utama masjid.
- As Salam (Gerbang Kedamaian): salah satu pintu utama ini terletak di ujung utara pada sudut bangunan utama. Pintu ini langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VIP, seperti ulama, tamu asing, duta besar dari negara muslim, dan tamu penting lainnya pada acara keagamaan penting.
- Al Malik (Gerbang Raja): pintu VVIP di sisi barat pada sudut bangunan utama masjid. Seperti pintu As Salam pintu ini juga langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VVIP seperti presiden dan wakil presiden Indonesia serta tamu negara yang berkunjung.
- Al Ghaffar (Gerbang Ampunan): pintu ini terletak di ujung selatan pada bangunan selasar pelataran, tepat di bawah menara masjid Istiqlal. Pintu ini adalah yang paling dekat gerbang tenggara sekaligus yang terjauh dari mihrab masjid.
- Ar Rozzaq (Gerbang Rezeki): salah satu pintu utama ini terletak di tengah-tengah sisi selatan selasar pelataran Istiqlal. Dari pintu ini terdapat koridor yang lurus menghubungkannya dengan pintu Al Fatah di sisi timur laut.
- Ar Rahman (Gerbang Pengasih): pintu ini terletak di sudut barat daya bangunan selasar masjid, dekat pintu Al Malik.
Gedung utama...
- Tinggi: 60 meter
- Panjang: 100 meter
- Lebar: 100 meter
- Tiang pancang: 2.361 buah
Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua. Lantai
pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, instalasi AC sentral dan
listrik, kamar mandi, toilet dan ruang tempat wudhu. Lantai dua, untuk
shalat yang terdiri dari ruang shalat utama dan teras terbuka yang luas
guna untuk menampung jemaah yang melimpah terutama pada saat shalat Idul
Fitri dan Idul Adha.
Gedung utama dengan ruang shalat utama mengarah ke kiblat (Mekkah), sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional (Monas).
Lantai utama yang disediakan untuk ruang sholat baik Rawatib ataupun
sholat sunnat lainnya terletak di gedung utama dengan daya tampung 61.00
orang jamaah. Di bagian depan terdapat Mihrab tempat dimana imam
memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan mihrab terdapat mimbar yang
ditinggikan. Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan seorang dermawan
dari Kerajaan Arab Saudi.
Kubah besar...
Dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari
Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi
dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa
syukur atas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan
nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat
kaligrafi Surat Yassin yang ditulis oleh K.H Fa'iz seorang Khatthaath
senior dari Jawa Timur.
Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk
lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan
diameter 3 meter dan berat 2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12
pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini
merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal
tahun Gajah atau 20 April 571 M.
Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi.
Gedung pendahuluan...
- Tinggi: 52 meter
- Panjang: 33 meter
- Lebar: 27 meter
Bagian ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung
utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 meter persegi,
dilapisi dengan 17.300 meter persegi marmer. Jumlah tiang pancangnya
sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil, fungsi
utama dari gedung ini yaitu setiap jamaah dapat menuju gedung utama
secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai perluasan
tempat shalat bila gedung utama penuh.
Teras raksasa...
Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah kiri
dan dibelakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel keramik berwarna
merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf shalat. Teras ini dibuat
untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain
itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan
seperti MTQ dan pada emper tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan
manasik haji, teras raksasa ini dapat menampung sekitar 50.000 jamaah.
Emper keliling dan koridor...
- Panjang: 165 meter
- Lebar : 125 meter
Emper atau koridor ini mengelilingi teras raksasa dan koridor tengah
yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper. Di
bagian tengah terdapat koridor tengah yang menghubungkan pintu Al Fattah
di timur laut dengan pintu Ar Rozzaq di barat daya. Arah poros koridor
ini mengarah ke Monumen Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional.
Menara...
- Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66 meter
- Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 meter
- Tinggi total menara: sekitar 90 meter
- Diameter menara 5 meter
Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat
Muadzin mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat pengeras suara yang
dapat menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.
Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan
kaum muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut
selatan masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah
ayat-ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle)
dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai
simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini
membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.
Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari
kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang
terdapat dalam AL- Quran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar
ulama di Indonesia.
Lantai dasar dan tangga...
Ruangan shalat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar,
sedangkan lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal,
dan kantor berbagai organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal
seluruhnya ditutupi oleh marmer seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan
untuk sarana perkantoran, sarana penunjang masjid, dan ruang serbaguna.
Gagasan semula tempat ini akan dibiarkan terbuka yang sewaktu-waktu
dapat dipergunakan, misalnya pada saat penyelenggaraan Festival Istiqlal
I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995 ruangan-ruangan
serbaguna di lantai dasar dan pelataran halaman Masjid dijadikan ruang
pameran seni Islam Indonesia dan bazaar. Namun pasca terjadinya
pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999[15][16] maka dilakukanlah pemagaran dan pembuatan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.
Jumlah tangga menuju lantai shalat utama sebanyak 11 unit. Tiga
diantaranya memiliki ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama
yaitu: satu unit berada disisi utara gedung induk, satu unit berada pada
gedung pendahuluan yang dapat dipergunakan langsung menuju lantai lima,
dan satu unit lainnya berlokasi di emper selatan menuju lantai utama,
tangga-tangga ini memiliki lebar 15 meter.
Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter
berlokasi pada tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai
lima dan di sudut-sudut teras raksasa.
Sarana dan fasilitas...
Ruang shalat utama luasnya satu hektare dapat menampung jamaah lebih
dari 16.000 orang. Ruang tersebut ditambah balkon 4 tingkat dan sayap
disebelah timur, selatan, dan utara sehingga luas seluruhnya menjadi
36.980 meter persegi atau sama dengan hampir 4 hektare yang berarti
dapat menampung jamaah sekitar 61.000 orang.
Di sebelah barat ruang shalat utama terletak mimbar yang diapit
sebelah kiri dan kanannya oleh tembok berlapiskan marmer di mana
terpajang kaligrafi Arab yang indah berbunyi: "Allah" (sebelah utara),
"Laa Ilaha Illa Allah, Muhammad ar Rasulu Allah" (tengah), dan
"Muhammad" (sebelah selatan).
Sarana peribadatan...
Karpet
Seluruh lantai utama masjid ditutupi oleh karpet merah sumbangan dari
seorang dermawan Arab Saudi bernama Sheikh Esmail Abu Daud yang diserah
terimahkan pada tanggal 3 Juni 2005. Karpet sebanyak 103 gulung ini
berwarna merah terbuat dari bahan dasar wol.
Perawatan karpet tersebut dikerjakan secara manual, setiap hari
dibersihkan dengan menggunakan alat vacum cleaner. Jumlah karpet penutup
lantai utama 18 lembar, setiap lembarnya berukuran: panjang 25 meter
dan lebar 4 meter, rata-rata beratnya 250 kg.
Rak Al Quran
Masjid Istiqlal juga menyediakan mushaf Al-Qur'an untuk dibaca oleh
para jama'ah yang ditempatkan pada rak yang melingkar di 12 tiang yang
terdapat pada lantai utama, setiap rak berbentuk setengah lingkaran yang
terdiri dari dua tingkat terbuat dari bahan stainless steel.
Setiap rak dapat menampung 100 sampai 150 buah mushaf yang disediakan oleh BPPMI serta waqaf dari jamaah.
Sketsel
Untuk pembatas antara tempat shalat bagi jamaah pria dan wanita dan
batas area sholat rawatib, di lantai utama Masjid Istiqlal juga
disediakan sketsel yang terbuat dari 20 modul dengan bahan stainless
steel dan dari bahan kayu 20 modul dengan ukuran masing-masing 2 meter x
80 cm. Sketsel tersebut bersifat knock down yang bisa dipasang sesuai
kebutuhan.
Sarana Olahraga...
Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Menjaga kesehatan
dengan berolahraga merupakan hal yang rutin dilakukan oleh siswa-siswi
madrasah dan remaja Masjid Istiqlal.
Untuk mendukung berbagai macam program yang ada, BPPMI menyediakan
fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olah raga yang
representatif berstandart nasional dan internasional yang dibangun di
pojok kiri bagian timur Masjid.
Pusat kegiatan olahraga ini berupa lapangan terbuka terdiri dari
lapangan Futsal, Badminton, Bola Volly dan Basket. Lapangan olah raga
ini berukuran 420 meter persegi, diresmikan penggunaannya oleh ibu
Menteri Agama RI pada Tanggal 17 Januari 2009 M/20 Muharram 1430 H.
Tenaga listrik...
Tenaga listrik di Masjid Istiqlal difungsikan untuk:
- Penerangan
- Tenaga Hydrofour
- AC
- Sound system
- Air Mancur
- Alat eloktronik lainnya seperti TV, Komputer dll.
Penggunaan listrik untuk kebutuhan penerangan diseluruh areal Masjid
Istiqlal baik di gedung ataupun di taman dan halaman serta pagar
menggunakan layanan listrik dari PLN. Suplai listrik yang diperoleh dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan satu gardu tersendiri yang
menyiapkan central box berkapasitas 2.000 KVA.
Sebagai cadangan bila terjadi pemadaman dari pihak PLN, disiapkan
juga dua buah mesin diesel atau generator berkekuatan 825 KVA dan 500
KVA. Selain untuk penerangan tenaga listrik ini juga dipergunakan untuk
mesin-mesin Hydrofour dan AC di ruang perkantoran yang terdapat di
lantai dasar masjid, rata-rata konsumsi listrik setiap bulannya adalah
1.750 KVA, dengan pembayaran rekening rata-rata sebesar Rp:
125.000.000/bulan.
Sistem suara dan multimedia...
Untuk keperluan ibadah dan sarana informasi Masjid Istiqlal
menggunakan sound system yang dikendalikan secara terpusat yang terletak
pada ruang kaca bagian belakang lantai dua, dengan jumlah speaker
sebanyak 200 chanel yang tersebar pada lantai utama.
Jumlah speaker yang terdapat pada koridor, gedung penghubung dan
gedung pendahuluan sebanyak 158 chanel. Sound system dikendalikan oleh
26 amplyfire dan 5 (lima) buah mixer dan diawasi oleh enam orang yang
bertugas secara bergantian baik siang ataupun malam hari.
Untuk mendukung kelancaran komunikasi pada waktu pelaksanaan ibadah
dan kegiatan, di lantai utama juga telah dipasang system TV plasma
sehingga akses informasi dpat diikuti secara merata oleh para jamaah
yang berada diseluruh area ruang utama Masjid.
Pendingin udara (AC)...
AC difungsikan secara sentral yang meliputi seluruh perkantoran dan
ruangan lain yang ada di lantai dasar. Untuk memenuhi kebutuhan AC ini
didukung oleh empat buah mesin pendingin atau chiller.
Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem AC central dan AC split.
Untuk menambah kenyamanan beribadah bagi jamaah, sekarang ini ruang
utama Masjid Istiqlal dilengkapi juga dengan 5 unit standing AC,
masing-masing berkekuatan 5 PK dan sebelas unit AC celling berkekuatan
masing-masing 5 PK, ditambah kipas angin berukuran besar.
Disamping itu pada ruangan perkantoran, ruang madrasah serta ruang
VIP yang berada pada lantai dasar sistem pendinginnya juga menggunakan
AC sentral yang digerakkan oleh empat unit mesin chiller dengan 300 buah
fan coil unit yang tersebar pada setiap ruangan, karena termakan usia
di beberapa ruangan ditemukan AC chiller sudah kurang berfungsi maka
secara bertahap dilakukan penggantian dengan AC split.
Fasilitas air, ruang wudhu, kamar mandi, WC...
Keperluan air untuk bersuci di Masjid Istiqlal pada awalnya dari
Perusahaan Air Minum (PAM). Sebagai cadangan untuk mengantisipasi
kekurangan dan kerusakan maka dibuatlah 6 buah sumur artesis dengan
kedalaman 100 M, menggunakan mesin berkekuatan 3 PK dan 3 fase
berkapasitas 600 liter permenit dan didistribusikan ke tempat-tempat
wudhu.
Untuk kebutuhan air di tempat pembuangan air kecil digunakan delapa
buah mesin Hydrofour, ditambah empat tangki Hydrofour berkapasitas 1400
liter. Mesin-mesin air tersebut menggunakan tenaga listrik sebanyak 15
PK.
Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di
sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Di setiap lokasi
tersedia 100 unit tempat wudhu dengan kran air terbuat dari bahan
stainless steel, tiap unitnya terdiri atas 6 buah kran maka jumlah kran
seluruhnya sebanyak 600 buah. Berarti pada saat yang bersamaan dapat
melayani 600 orang berwudhu sekaligus.
Sedangkan toilet terdapat di lantai dasar sebelah barat, selatan dan
timur di bawah teras raksasa. Toilet ini sengaja dibangun terpisah dari
tempat wudhu, hal ini dimaksudkan agar tempat yang bersih dan suci tidak
berdekatan dengan tempat yang kotor. Disisi sebelah timur, dibawah
emper masjid terdapat dua lokasi urinior yang berkapasitas 80 ruang.
Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi dan WC, dengan rincian: 12
buah dibawah emper barat, 12 buah dibawah emper selatan dekat menara dan
28 buah dibawah emper sebelah timur. Keperluan air untuk wudhu, kamar
mandi dan toilet ini setiap hari dipasok air dari PAM yaang berkapasitas
600 liter per menit.
Lift bagi penyandang cacat...
Mengingat Masjid Istiqlal sebagai sarana umum dan jamaah yang
berkunjung juga terdapat diantaranya penyandang cacat dan jamaah lanjut
usia. Karena itu bagi penyandang cacat yang akan menuju ke lantai dua
dan lantai utama disediakan lift yang terletak di bagian selatan. Hal
ini dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para jamaah penyandang
cacat dan lansia.
Keberadaan satu unit lift yang diperuntukkan khusus bagi jamaah
penyandang cacat dan lansia ini adalah berkat bantuan pemerintah DKI
Jakarta. Lift tersebut berkapasitas 6 orang dan dioperasikan pada
waktu-waktu tertentu sesuai kebutuhan.
Lift ini terdapat di lokasi pintu Ar-Rahman dan dapat diakses melalui pintu gerbang depan kantor pusat pertamina.
Perpustakaan Islam...
Firman yang pertama kali diturunkan-Nya dalam Al Quran adalah
perintah membaca, melalui firman-Nya tersebut Allah memerintahkan
manusia membaca sebagai jalan untuk menuntut ilmu. Jadi jika menutut
ilmu memiliki kedudukan mulia, maka jalan kearahnya pun dengan membaca
menjadi jalan yang mulia. Kesadaran akan pentingnya membaca sebagai
jalan masuknya ilmu telah mendorong generasi terdahulu umat Islam untuk
mendirikan fasilitas yang bisa menampung bahan bacaan karya-karya ulama
Islam waktu itu.
Perpustakaan Islam Istiqlal, walaupun belum bisa mewakili jumlah
besarnya koleksi buku seperti perpustakaan-perpustakaan Islam yang besar
lainnya, mewakili fungsinya sebagai pusat keilmuan Islam. Perpustakaan
Islam sendiri sudah mulai berkembang di Indonesia. Hampir di setiap
masjid-masjid besar di Ibukota, telah dilengkapi dengan sarana
perpustakaan.
Poliklinik...
Ketika gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Bapak Sumarno pada tahun
1968 dimana Masjid Istiqlal masih dalam proses pembangunan, maka untuk
membantu karyawan dalam pemeriksaan kesehatan, Gubernur Sumarno ketika
itu meminta bantuan pihak RS Gatot Soebroto untuk turut serta membantu
dalam bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh pekerja dan karyawan
proyek pembangunan Masjid Istiqlal. Pihak RS mengirimkan bantuan empat
orang tenaga mantri secara bergiliran yaitu:
H.Abd.Hamid Ipang H.M.Sukiran Suster Yuyun Rahayu Suster Rosda
Setelah proyek pembangunan masjid diserahkan kepada Sekretaris Negara
pada tahun 1984 tenaga medis yang menangani pelayanan kesehatan tinggal
dua orang yaitu H.Abd. Hamid Ipang dan H.M. Sukiran.
Sampai sekarang Masjid Istiqlal tetap menyediakan fasilitas berupa
Poliklinik Umum. Poliklinik ini berada di bawah tanggung jawab dr.
Khulushinnisak, MARS yang juga PNS Departemen Agama. Di Klinik ini
karyawan dan para jamaah Masjid Istiqla bisa mendapatkan layanan
kesehatan dengan berbagai kemudahan. Klinik Istiqlal bertempat di lantai
dasar Masjid Istiqlal Jl. Taman Wijaya Kusuma No.1, Jakarta Pusat.
Pelayanan Kesehatan yang diberikan berupa pemeriksaan dan konsultasi
dokter umum serta obat-obatan generik. Bagi karyawan dan jamaah Masjid
Istiqlal, dibebaskan biaya pemeriksanaan. Karyawan dan jamaah harus
membawa kartu berobat (atau kartu identitas jika belum memiliki kartu
berobat) agar dibebaskan dari biaya pemeriksaan dan konsultasi dokter.
Obat-obatan yang diberikan diutamakan dalam bentuk generik, dan bagi
obat-obatan yang tidak ada dalam bentuk generik diutamakan penyediaan
hasil produksi perusahaan farmasi nasional.
Jadwal pelayanan kesehatan bagi karyawan adalah setiap hari kerja :
Senin s/d Jum'at : 08.00 - 16.00, Hari sabtu dan Ahad tutup kecuali
jika di Masjid Istiqlal diadakan acara hari-hari besar Islam atau
acara-acara penting lainnya.
Sejak tahun 2003, pliklinik Masjid Istiqlal sudah dilengkapi oleh
tiga orang tenaga dokter dan seorang paramedis, tiga orang tenaga dokter
tersebut adalah dokter umum yang terdiri dari seorang dokter PNS
Departemen Agama DPK, dua orang dokter Kememterian Agama dan seorang
paramedis/mantri karyawan Masjid Istiqlal pensiunan dari RS Gatot
Soebroto. Poliklinik Masjid Istiqlal juga dilengkapi alat untuk mengecek
kadar gula darah dan kolestrol serta satu unit mobil ambulans.
Adapun obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini adalah obat
generik bagi penyakit ringan untuk membantu pada tahap pertolongan
pertama, bila ada penyakit yang memerlukan pengobatan medis yang serius
maka akan dirujuk ke RS. Gatot Soebroto atau RSCM.
Madrasah...
Masjid ini menjadi pedoman dan teladan pengelolaan masjid di
Indonesia, sehingga harus menjadi contoh dan model dalam pengelolaan
masjid secara nasional. Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal,
masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus
mejadi tempat pembinaan umat melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu
kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan
masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal.
Telah diselenggarakan pendidikan formal di Masjid Istiqlal yang
terdiri dari jenjang pendidikan: Kelompok bermain dan Raudhatul Athfal,
Madarasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Bedug raksasa...
Pada waktu dulu masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan bedug yang berfungsi sebagai tanda masuk waktu shalat. Bedug dipukul ketika waktu untuk shalat tiba, diikuti adzan.
Di Masjid Istiqlal bedug masih ada dan dilestarikan keberadaannya
sebagai warisan budaya bangsa, saat ini bunyi bedug direkam kemudian
diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan.
Bedug tersebut memiliki ukuran yang sangat besar, diletakkan di atas
penyangga setinggi 3,80 meter, panjangnya 3,45 meter, dan lebarnya 3,40
meter. Semua terbuat dari kayu jati dari hutan Randu Blatung di Jawa
Tengah.
Bedug Masjid Istiqlal panjangnya 3 meter, dengan berat 2,30 ton,
bagian depan berdiameter 2 meter, bagian belakang 1,71 meter, terbuat
dari kayu meranti merah (shorea wood) dari sebuah pohon berumur 300
tahun, diambil dari hutan di Kalimantan Timur, diawetkan menggunakan
bahan pengawet superwolman salt D (fluoride, clirome, dan arsenate)
Dulu bedug di Masjid Istiqlal tersebut dipukul setiap hari Jumat,
mendahului adzan Jumat yang dikumandangkan melalui pengeras suara.
Belakangan ini suara bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui
pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Walaupun fungsi beduk sudah
dapat digantikan oleh pengeras suara, dalam menentukan tanda masuk
waktu shalat, tetapi di Masjid Istiqlal, beduk masih dimanfaatkan. Beduk
dipukul sebelum adzan. Selain itu beduk raksasa masjid ini juga
berfungsi sebagai hiasan dan sekaligus melestarikan salah satu budaya
Islam Indonesia.
Bedug
- Garis tengah bagian depan : 2 meter
- Garis tengah bagian belakang : 1,71 meter
- Panjang : 3 meter
- Berat : + 2,30 ton
- Jenis kayu : Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur
- Umur pohon : + 300 tahun.
Kaki bedug (Jagrag)
- Tinggi : 3,80 meter
- Panjang : 3,45 meter
- Lebar : 3,40 meter
- Volume kayu : + 3,10 meter kubik
- Jenis kayu : jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah.
- Ukiran : Jepara.
Ukiran pada Jagrag
Tulisan "Allah" di dalam segilima pada 4 tempat. Segi-lima melambangkan : 5 rukun Islam dan 5 waktu sholat.
Tulisan "Bismillahirrahmanirrahim" pada 2 tempat. Tulisan Kalimah
Sahadat pada 4 tempat. Surya Sengkala (tahun Matahari) : 1978 dalam seni
kaligrafi yang berbunyi :
- Angesti = angka 8
- Suwara = angka 7
- Kusumaning = angka 9
- Samadi = angka 1
Pada bagian-bagian jagrag seluruhnya terdapat 27 (dua puluh tujuh) ukiran Surya sengkala.
"Nanasan" dengan dua susun kelopak daun, masing-masing menunjukkan Angka 7 dan 8 (daun).
Ukiran pada Bedug
Ukiran surya Sengkala (tahun matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi
dengan pengertian sama dengan No.4. Pada kayu bedug terdapat 2 (dua)
ukiran Surya Sengkala dilingkari segi lima. Dua buah kendit/sabuk dari
logam kuningan terukir berfungsi sebagai hiasan. Pada kedua kendit
terdapat 11 (sebelas) ukiran Surya Sengkala.
Bahan kayu
Kayu jagrag berbahan jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah. Bahan kayu bedug dari jenis Meranti Merah (Shorea)
dari Kalimantan Timur, umur pohon diperkirakan 300 tahun, sumbangan
dari Badan Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pengusahaan Proyek Taman Mini Indonesia Indah dan merupakan potongan batang pohon dari koleksi Taman Mini Indonesia Indah.
Bahan kulit
Bagian depan adalah kulit sapi jantan dari daerah Jawa Timur. Bagian
belakang adalah kulit sapi betina jenis Santa Gertrudis, umur 2 tahun,
sumbangan PT. Redjo Sari Bumi, Tapos, Bogor.
Bahan lainnya
- Kendit/Sabuk : dari logam kuningan.
- Gantungan : dari besi baja yang di verchroom.
- Band penguat : (pada kedua ujung) dari baja anti karat (stainless steel).
- Paku kulit : dari kayu sonokeling, 90 buah pada bagian depan dan 80Â buah pada bagian belakang.
- Obat pengawet : Superwolmansalt D (fluoride, chrome, arsenate), konsentrasi larutan kl. 4%, masa rendam 6 (enam) hari.
- Pemukul bedug : 4 (empat) buah dari kayu jati terukir.
Jagrag/kaki dikerjakan dalam waktu 25 hari, sedangkan bedug dalam 60 hari.
Koperasi Karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal (KOSTIQ)...
Usaha Pengembangan KOSTIQ (Koperasi karyawan dan Jamaah Masjid
Istiqlal), selain dapat memakmurkan masjid, juga sangat diharapkan mampu
menciptakan dan meningkatkan kesejahtraan karyawan dan jamaah Masjid
Istiqlal.
KOSTIQ telah diakui keberadaannya oleh badan hukum yang telah
disahkan oleh Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada
tanggal 19 Mei 1997 nomor 171/BHKWK.9/V/1997 serta anggaran rumah tangga
yang disahkan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) tanggal 31 Maret 2004.
Pendirian Kostiq dimotori oleh para pengurus BPPMI, dalam rangka
pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh Masjid Istiqlal.
Salah satu tujuan KOSTIQ adalah ikut serta meningkatkan citra baik
Masjid Istiqlal melalui kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Saat ini
KOSTIQ telah banyak dimanfaatkan oleh para karyawan dan jamaah Masjid
Istiqlal.
Pada awal berdirinya KOSTIQ mensepakati usaha yang dijalankan adalah
pengadaan barang-barang kebutuhan sehari-hari, usaha yang sudah berjalan
hingga saat ini adalah penjualan sembako. Untuk kebutuhan lainnya
seperti barang-barang elektronik KOSTIQ menerapkan sistem kredit jangka
pendek maksimun 12 bulan.
Disamping itu usaha yang benar-benar menjadi konsentrasi KOSTIQ adalah:
- Usaha simpan pinjam
- Usaha perdagangan umum
- Usaha toko sembako dan elektronik serta usaha cetak foto yang sangat dibutuhkan oleh para pengunjung di Masjid Istiqlal
- Usaha kerjasama khusus
- Usaha jasa boga
Kegiatan KOSTIQ dipusatkan di kamar 58 Masjid Istiqlal, sebagai pusat
administrasi usaha. Untuk toko penjualan sembako selama ini dipusatkan
di pintu air sebelah utara Masjid Istiqlal sementara usaha wartel dan
foto copy di area parkir timur pintu utama Masjid Istiqlal.
Koperasi Istiqlal mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga staf yang
terdiri dari tenaga bantuan dan tenaga staf penuh, jumlah angota sampai
dengan 31 Desember 2008 adalah 261 orang. Pengurus Kostiq selalu
berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembinaan administrasi
melalui pemanfaatan potensi pegawai dan saran perkantoran dengan segala
keterbatasannya.
Imam dan Muadzin...
Masjid Istiqlal mempunyai seorang imam besar, seorang wakil imam
besar, dan tujuh orang imam. Sampai saat ini, Masjid Istiqlal memiliki
empat imam besar. Imam Besar bertugas untuk mengawasi peribadatan di
Masjid Istiqlal sesuai Syari'at Islam dan memberikan layanan konsultasi
agama. Mereka adalah K. H. A. Zaini Miftah (1970-1980), K. H. Mukhtar
Natsir (1980-2004), K. H. Nasrullah Djamaluddin (2004-2005)dan Imam
Besar saat ini yang dijabat oleh Prof. Dr. K. H. Ali Musthafa Ya'qub,
M. A. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus
Sunnah di Ciputat, Jakarta Selatan. Wakil Imam Besar dijabat Drs. H.
Syarifuddin Muhammad, M. M. Beliau adalah mantan Ketua Ikatan Penghafal
al-Qur'an. Tujuh imam lainnya adalah:
- Drs. H. Ali Hanafiah
- H. Ahmad Husni Isma'il S. Ag.
- Drs. H. Muhasyim Abdul Majid
- H. Martomo Malaing AS, S. Q. , S. Th. I
- H. Ahmad Rofi'uddin Mahfudz, S. Q.
- Drs. H. Hasanuddin Sinaga, M. A.
- Drs. H. Dzulfatah Yasin, M. A.
Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki tujuh orang muadzin yang
bertugas mangumandangkan adzan dan memberikan pengajaran tentang
Al-Qur'an dan agama Islam. Mereka adalah:
- Drs. H. Abdul Wahid
- H. Sayuti
- H. Muhammad Mahdi, S. Ag.
- H. Ahmad Achwani S. Ag.
- H. Hasan Basri
- H. Muhdori Abdur Razzaq, S. Ag.
- H. Saiful Anwar al-Bintani
Bung Karno dan Kisah Pembangunan Masjid Istiqlal...
Masjid Istiqlal. Menyebut namanya saja terasa sejuk. Apalagi jika Anda mengunjungi dan shalat di sana. Sebuah komplek masjid yang berdiri di atas lahan 12 hektare. Bangunan masjidnya sendiri seluas 7 hektare, dengan luas lantai 72.000 meter persegi, dan luas atap 21.000 meter persegi. Tidak salah jika dikatakan bahwa Istiqlal adalah masjid terbesar di Asia Tenggara.Tidak salah pula jika Masjid Istiqlal kita sebut sebagai icon negeri ini, tak ubahnya Tugu Monas dan Jembatan Semanggi. Yang membuat Istiqlal begitu spesial, itu karena sejak digagas, direncanakan, hingga dibangun, Istiqlal begitu sarat makna dan simbol.
Di antara sekian pemilik jasa atas kokoh-berdirinya Istiqlal, mustahil kita tidak menempatkan Sukarno pada posisi atas. Bukan saja karena dia Presiden yang memutuskan menyetujui pendirian Istiqlal, lebih dari itu, ia juga melandaskan pembangunan Istiqlal secara sangat filosofis, dan sangat teknis. Karena itu pula, masjid ini begitu monumental.
Dalam pemilihan lokasi, misalnya, Bung Karno terpaksa harus berbeda pendapat dengan Hatta. Bung Karno menghendaki, Istiqlal didirikan di atas taman Wilhelmina di lokasi bekas benteng Belanda Frederick Hendrik yang dibangun Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834. Lokasi itu tepatnya terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran.
Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid di Jalan Thamrin. Alasan Hatta, karena lokasi itu dikelilingi kampung. Tidak seperti lokasi taman Wilhelmina yang relatif jauh dari permukiman. Selain itu Hatta juga menganggap pembongkaran benteng Belanda memerlukan waktu yang tidak sebentar, dan dana yang tidak sedikit.
Bung Karno keukeuh pada pilihannya. Ia melandaskan pada filosofi makna “merdeka”. Istiqlal yang bisa diartikan kebebasan, atau kemerdekaan, sangat tepat jika didirikan di atas taman Wilhelmina. Sebab, Ratu Belanda Wilhelmina sebagai representasi penjajahan di bumi Indonesia, menurut Bung Karno, harus dihancurkan, dimusnahkan, dan diganti masjid bernama “kebebasan”, Istiqlal. Simbol dan pemaknaan ini yang membuat siapa pun akhirnya menyetujui sikap dan pilihan Bung Karno.
Tidak hanya itu. Lokasi yang terletak di seberang Lapangan Banteng itu, dipilih karena berdekatan dengan Gereja Kathedral. “Istiqlal di satu sisi, Kathedral di sisi lain, berdiri kokoh dan megah dengan harmonis, adalah perlambang harmonisasi kehidupan beragama di Indonesia,” begitu kurang lebih Bung Karno memaknai lokasi Masjid Istiqlal.
Makna terakhir, menjadi sangat-sangat dalam, manakala Frederich Silaban, seorang arsitek Kristen kelahiran Bonandolok, Sumatera Utara keluar sebagai pemenang sayembara arsitektur masjid Istiqlal, yang dewan jurinya diketuai Presiden Sukarno. Adapun anggota dewan juri lain adalah Prof.Ir. Rooseno, Ir.H. Djuanda, Prof.Ir. Suwardi, Hamka, H. Abubakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Masjid lima lantai, yang melambangkan kewajiban shalat umat Islam lima kali dalam satu hari, akhirnya dimulai pengerjaannya. Namun secara urutan tahun, gagasan pendirian masjid akbar di Ibukota Republik Indonesia itu mencuat tahun 1953. Setahun kemudian, 1954 didirikan Yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai Tjokroaminoto. Tahun 1955 dilangsungkan sayembara rancang bangun atau arsitektur masjid berhadiah utama uang tunai Rp 75.000 dan emas murni 75 gram, dan diikuti 27 peserta.
Setelah melalui pendalaman desain serta persiapan matang, tepat 24 Agustus 1961, bertepatan peringatan Maulud Nabi Muhammad Sholallahu 'Alaihi Wasallam, Presiden Ir. Soekarno yang langsung bertindak sebagai Kepala Bidang Teknik, berkenan melakukan upacara pemancangan tiang pertama pembangunan Masjid Istiqlal.
Sebagai “tukang insinyur”, kita harus tahu bahwa Bung Karno ternyata memiliki suatu obsesi tersendiri terkait kekokohan bangunan masjid. Bung Karno sendiri yang melakukan pengawasan teknis pembangunan masjid sejak fase pembangunan pondasi. Kepada sejumlah orang dekat, bukan sekali-dua Bung Karno mengatakan ambisinya untuk membangun masjid yang kokoh.
“Jika Candi Borobudur yang dibangun leluhur kita untuk mengagungkan Budha bisa tahan ratusan tahun, maka saya ingin Masjid Istiqlal tidak hanya tahan ratusan tahun, tetapi ribuan tahun!” begitu tekad Bung Karno, seraya melanjutkan, “agar kelak anak-cucu kita paham, bahwa Presiden Indonesia yang pertama sangat mencintai Islam.”
Suatu ketika, Bung Karno pun membangun Tugu Monumen Nasional (Monas), sebagai icon Indonesia yang lain. Proyek itu, tak urung mengundang pertanyaan orang, termasuk orang-orang dekatnya. Satu di antara mereka ada yang bertanya kepada Bung Karno, tentang skala prioritas pembangunan Monas dan Istiqlal. Apa kata Bung Karno, “Prioritaskan pembangunan Tugu Monas!”
Jawaban itu cukup mengejutkan. Hingga akhirnya ia melanjutkan kalimat, “Mengapa harus Monas yang diprioritaskan? Jika saya mati saat Monas dan Istiqlal dibangun, maka bisa saya pastikan, Istiqlal pasti selesai. Sebab, membangun masjid adalah membangun rumah Allah, sehingga sekalipun saya mati ketika masjid itu belum selesai, tak satu pun yang bisa menghentikan pembangunannya. Tapi tidak demikian halnya dengan Monas. Jika saya mati, belum tentu pengganti saya meneruskan pembangunannya.”
Seperti fatwa pujangga sakti, Sukarno seperti meramal nasibnya sendiri. Pembangunan masjid Istiqlal melambat tahun 1960. Setelah itu, masih banyak proyek mercu suar dibangun, hingga klimaksnya terjadi peristiwa G-30-S. Masjid yang direncanakn memakan waktu pembangunan selama 45 tahun dalam pelaksanaannya jauh lebih cepat. Bangunan utama selesai 6 tahun sejak dipancangkan tiang pertama, tepatnya 31 Agustus 1967 ditandai dengan berkumandangnya adzan maghrib yang pertama.
Saat itu, Sukarno sudah tidak lagi berkuasa. Sukarno benar, pembangunan masjid tidak jalan terus. Secara keseluruhan pembangunan masjid Istiqlal selesai dibangun dalam kurun 17 tahun. Peresmiannya dilakukan pada tanggal 22 Februari 1978, oleh Presiden Soeharto. Sementara Bung Karno, seperti takdir yang telah tertulis, sudah wafat pada 21 Juni 1970. Sementara di seberang sana, Tugu Monas tegak berdiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar