Masjid Raya Mujahidin Pontianak merupakan masjid
kebanggaan umat Islam di Kalimantan Barat. Saat ini masjid yang berada
di jantung kota Pontianak itu sedang dipugar total, sehingga bentuk
bangunan aslinya tidak ada yang dipertahankan. Pemugaran yang dimulai
sejak tanggal 18 November 2011 ini awalnya diperkirakan usai dalam waktu
1,5 hingga 2 tahun.
Rencananya masjid ini nantinya akan dapat menampung jamaah hingga
8.000 orang. Pembangunan yang diketuai oleh Oesman Sapta Odang itu
idealnya selesai pada akhir tahun 2013 lalu. Akan tetapi sampai saat ini
proses pembangunannya belum juga berakhir.
Keterlambatan penyelesaian pembangunan masjid terbesar di Kalimantan
Barat ini disebabkan karena kurangnya dana, yang ditargetkan menelan
biaya sebesar Rp 80 miliar. Meskipun berbagai pihak, mulai dari donatur
perseorangan, lembaga-lembaga Islam sampai instansi-instansi swasta dan
pemerintah telah mendukung pendanaan, namun dana yang tersedia belum
cukup untuk menutupi kebutuhan yang ada. Pemerintah Kota Pontianak pun
secara bertahap telah menggelontorkan dana hingga mencapai Rp 10 miliar.
Melihat kondisi ini, panitia pembangunan dan pengurus masjid sepakat
untuk menggulirkan Program Wakaf Tunai untuk membantu mempercepat
penyelesaian pembangunan. Program Wakaf Tunai adalah wakaf material
bangunan yang diganti dengan uang sesuai dengan nilai bahan material
yang telah ditentukan. Jadi bagi setiap orang yang ingin berwakaf
nantinya tinggal membayar nilai material yang dibutuhkan.
Kepada kontributor Kiblat.net, salah seorang panitia , H. Mahsub
Nahyus, menjelaskan ada beberapa jenis wakaf yang di programkan.
Diantaranya, untuk wakaf dalam bentuk 1 menara dapat diganti dengan uang
tunai sebesar Rp 1,25 miliar, untuk 1 meter persegi tempat wudhu
sebesar Rp 3 juta. Sedangkan untuk 1 keping kubah sebesar Rp 700 ribu
dan untuk 1 meter persegi lantai sebesar 700 ribu.
Pria yang juga imam tetap Masjid Mujahidin itu berharap, program ini
dapat memotivasi umat Islam untuk berinfak. “Dengan digulirkannya
program ini semoga umat Islam dapat termotivasi untuk menginfakkan
hartanya melalui program ini, sesuai dengan jenis wakaf yang ia
kehendaki,” ungkap Mahsub.
Belum rampungnya pembangunan ini memaksa aktivitas ibadah dan
kegiatan keagamaan para jamaah dialihkan. Seluruh kegiatan dialihkan ke
area masjid yang sudah berlantai marmer serta terpasang atap tenda
darurat. Kondisi ini telah berlangsung selama dua kali Ramadhan dan
sebentar lagi akan memasuki tahun ketiga. Meski Ramadhan tahun ini umat
Islam Pontianak belum bisa beribadah dalam suasana masjid yang baru,
namun mereka berharap pada tahun berikutnya harapan itu telah terwujud.
Sumber : http://www.kiblat.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar